Ditulis oleh Hans Christian Andreson Kisah mengharukan yang saya baca pertama kali 25 tahun lalu.
Pada sebuah malam menjelang Natal. Malam sangat dingin, salju turun
dengan deras dan angin berhembus dengan kencang. Ada seorang gadis kecil
yang sudah kehilangan mamanya, untuk menghidupi papanya yang sedang
sakit, tanpa memperdulikan badai salju berjalan dijalan yang diselimuti
salju menjual korek api. “Korek api, siapa yang mau membeli korek api”
Dia tidak memiliki baju hangat, memakai baju yang sudah kumal dan
kepalanya dibungkus sebuah syal yang sudah koyak, diatas kakinya hanya
memakai sepasang sandal tua, dia berteriak menjajakan korek apinya
dijalan, tetapi tidak seorangpun yang memperdulinya. Semua orang sedang
sibuk mempersiapkan kado natal, dengan gembira dan bersenang-senang,
sungguh kasihan gadis malang ini! Dia mempunyai banyak korek api yang
disimpan disebuah keranjang dan tangannya memegang beberapa batang korek
api. Hari menjelang siang, dia tidak dapat menjual sebatangpun korek
apinya, dalam keadaan lelah dan lapar dia berjalan terus, butiran salju
jatuh diatas rambutnya yang berwarna keemasan, sampai didepan sebuah
rumah yang mewah dia berhenti dan memandang kedalam rumah, didalam rumah
kelihatan pohon natal yang dihias dengan indah, seorang ibu sedang
bermain dengan gembira dengan kedua anaknya, kedua anaknya kelihatan
sangat bahagia, diatas meja terlihat lilin yang berwarna-warni menyala,
ada yang berwarna merah, hijau, putih, ungu, dia paling suka melihat
lilin yang berwarna merah, warnanya sangat kontras diatas meja tersebut.
Melihat keadaan itu, dia teringat kepada nenek dan ibunya, mereka
berdua sangat menyayanginya, tetapi mereka berdua sudah meninggal,
memikirkan kenangan itu gadis kecil ini menangis dengan sedih. Sambil
menangis gadis kecil ini berjalan disebuah jalan yang besar, tiba-tiba
sebuah kereta kuda lewat dan hampir melanggar dia. Kereta kuda melintas
dengan cepat, menyemprotkan percikan lumpur kebaju gadis malang ini,
sandal gadis ini juga hilang, sehingga dengan kaki telanjang dia
berjalan diatas salju dan berteriak : “Korek api, siapa yang mau beli
korek api.” Senja telah tiba, sepasang kaki gadis kecil ini kedinginan
sampai berwarna biru, disepanjang jalan tercium wangian daging panggang.
“Wah, sungguh enak jadi orang kaya, mereka sedang mempersiapkan
perayaan natal.” Pikir gadis malang ini. Dia sudah tidak kuat berjalan,
badannya yang lelah menyandar dinding disebuah pertokoan, dia tidak
berani pulang kerumah karena sebatangpun korek api belum terjual,
dirumah juga sangat dingin, karena dari segala arah angin dapat memasuki
rumahnya yang sudah reyot. Dia kedinginan sampai tubuhnya gemetar
terus, dia sangat ingin menghangatkan tubuhnya walaupun hanya sebentar
dengan sebatang korek api. Tangannya yang kecil sudah hampir membeku.
Sungguh sangat dingin, dia memutuskan untuk menyalakan sebatang korek
api menghangatkan tangannya yang sedang membeku. “Sesst “ korek api
menyala, dia merasakan sebuah kehangatan menyelimutinya, nyala korek api
menyilaukan, sambil melamun dia membayangkan dirinya duduk didekat
sebuah tungku api, nyala api terlihat sangat cantik, terasa hangat, dia
bermaksud menjulurkan kedua kakinya dekat ke nyala api, tetapi nyala
tersebut dengan cepat sudah padam, tungku api hilang dari pandangannya.
Dia terbangun dari lamunanya, dan melihat hanya bekas sebatang korek api
yang sudah habis terbakar ditangannya. Dia lalu menyalakan sebatang
lagi, korek api menyala, mengeluarkan cahaya terang, Nyala korek api
yang memantul didinding, bagaikan ilusi dia melihat sebuah kamar didalam
kamar terlihat sebuah meja makan diatas meja makan terhidang biscuit
yang lezat dan daging panggang yang harum, keadaan ini sangat menarik,
dia melihat daging panggang ini melompat dari piring dan berjalan menuju
kearah gadis malang ini. Dia menjulurkan tangannya, korek api segera
redup, tangannya hanya teraba dinding yang dingin. Dia menyalakan
sebatang lagi korek api, nyala korek api berubah menjadi sekuntum cahaya
yang berwarna merah jambu. Dia merasa dirinya duduk dibawah sebuah
pohon natal besar yang cantik, lebih cantik dari pohon natal yang
dilihat tadi siang, Diatas dahannya terdapat ribuan batang lilin kecil
yang cantik sedang menyala. Gadis malang ini menjulurkan tangannya,
korek api padam lagi. Ribuan batang lilin berubah menjadi
bintang-bintang kecil yang terang dilangit. Diantara bintang-bintang itu
sebuah bintang jatuh ke bumi berubah menjadi sebuah cahaya yang
memanjang. Dia menyalakan sebatang lagi korek api. Gadis Penjual Korek
ApiAh, di nyala api dia melihat nenek yang dirindukan setiap hari, dia
melompat ke pelukan neneknya. “Nenek !” teriak gadis kecil ini, “tolong
bawa saya pergi nenek! Ke tempat yang tidak dingin, dan banyak makanan.
Saya tahu begitu korek api ini padam, engkau sudah tidak kelihatan,
seperti tungku api itu, daging panggang yang wangi dan pohon natal yang
indah, saya akan kehilangan semuanya.” Akhirnya, gadis malang ini
menyalakan semua korek api yang tersisa, karena dia sangat ingin menahan
neneknya disini terus. Nyala korek api semakin terang, bagaikan disiang
hari, dia melihat neneknya dengan penuh kasih sayang mengangkat dia
kepelukannya, mereka berdua terbang makin lama makin tinggi, terbang
kesebuah tempat yang hangat dan tidak akan merasa kelaparan lagi. Pada
keesokan harinya natal telah tiba, orang-orang disekitar pertokoan
melihat gadis malang ini sedang menyandar di dinding, dengan wajah
kemerahan dan senyuman terlihat sangat bahagia , tetapi dia sudah
meninggal, meninggal dimalam menjelang natal, ditangannya masih
tergenggam korek api yang terbakar.
SUmber:http://www.kompasiana.com/nurulfahmy/gadis-penjual-korek-api-kisah-sedih-di-malam-natal_550b27ba8133111578b1e4c0
SUmber:http://www.kompasiana.com/nurulfahmy/gadis-penjual-korek-api-kisah-sedih-di-malam-natal_550b27ba8133111578b1e4c0
Kisah Sedih Seorang Penjulan Korek Api (Di Malam Natal)
Reviewed by Muel's Blog
on
06.30
Rating:
Reviewed by Muel's Blog
on
06.30
Rating:

Tidak ada komentar: